Membedakan Persoalan Ilmiah dan Non-Ilmiah Melalui Filsafat Ilmu
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam. Seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
“Filsafat adalah induk semua ilmu,” demikianlah kata para filosof Pada awalnya, memang cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu: ilmu hanya terbatas pada persoalan empiris saja. Sedangkan filsafat mencakup objek empiris maupun non-empiris. Namun pada perkembangannya, filsafat berkembang menjadi bagian dari ilmu itu sendiri (terspesialisasi), seperti filsafat agama, filsafat hukum dan filsafat ilmu. Alasannya, filsafat tidak bisa terus berada di awang-awang, tetapi ia juga harus membimbing ilmu.
Dengan perkembangannya yang sangat pesat, ilmu semakin jauh dari induknya. Bahkan, telah mengakibatkan munculnya arogansi dan kompartementalisasi antara satu bidang ilmu dengan yang lainnya. Di sinilah filsafat berperan, yaitu menyatukan visi keilmuan dari berbagai disiplin ilmu. Dalam konteks ini, ilmu sebagai kajian filsafat sangat krusial untuk dibahas.
Buku ini merupakan buku wajib (daras) mata kuliah Filsafat limu di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakarta. Pokok bahasannya mencakup sejarah perkembangan ilmu, objek, metode dan tujuan ilmu, serta hakikat sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran. Tak ketinggalan pembahasan sarana ilmiah. Pembahasan ini penting agar mahasiswa: (1) lebih kreatif dan inovatif dalam berpikir sesuai dengan aturan-aturan ilmiah, (2) memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu sekaligus nilai-nilai moral yang terkandung pada setiap ilmu, baik ontologis. Epistemologis, maupun aksiologis; (3) menyadari bahwa ilmu yang diperoleh jauh dari mencukupi. Buku ini merupakan kerja sama penerbitan buku-buku daras antara Fakultas Ushuludin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan PT RajaGrafindo Persada.
Di samping itu, buku ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi dosen dan mahasiswa yang mendalami filsafat ilmu karena sebagian besar isinya disesuaikan dengan silabi di perguruan tinggi. Bagi masyarakat umum, buku ini diharapkan juga dapat memberikan wawasan yang luas tentang filsafat ilmu, sehingga mereka tidak canggung dalam melihat perkembangan ilmu dan teknologi yang amat spektakuler.
0 Response to "Membedakan Persoalan Ilmiah dan Non-Ilmiah Melalui Filsafat Ilmu "
Posting Komentar